laman

Senin, 31 Maret 2008

LEADERSHIP DAN MANAGEMENT

I. LEADERSHIP
A. Pendahuluan
Aristoteles mengatakan bahwa manusia adalah makhluk "Zoon Politicon" (makhluk bermasyarakat ) karena dia membutuhkan pergaulan dengan orang la­in untuk memenuhi kebutuhan-kebutuham biologisnya dan kebutuhan psikologisnya.
Dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut manusia tidak urung mengalami perbedaam kepentingan yang dapat menyebabkan per-tentangan-pertentangan kepentingan yang selanjutnya membawa situasi kon-plik yang dapat merugikan tidak hanya yang bersangkutan saja tetapi juga merugikan kepentingan bersama seluruh anggota kelompok.
Situasi yang demikian menyebabkan timbulnya kebutuhan bersama akan adanya suatu kelembagaan yang dapat mengatur dan menertibkan anggota- anggotanya dalam usaha memenuhi kebutuhan, baik yang bersifat individual maupun yang bersifat kepentingan bersama..
Kelembagaan yang berfungsi mengatur dan menertibkan itu dinamakan kelembagaan kepemimpinan (leadership). Kelembagaan itu terdapat disetiap kelompok atau persekutuan hidup mulai dari yang terkecil seperti rumah tangga sampai yang terbesar seperti negara bahkan yang lebih besar lagi dari negara seperti badan-badan internasional.
B. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan akar katanya adalah pemimpin. Pemimpin adalah orang yang melakukan pekerjaan memimpin yang mengandung arti adanya obyek yang di “pimpin”. Obyek yang dipimpin itu dinamakam pengikut (followers).
Para ahli banyak membuat definisi tentang kepemimpinan. Definisi itu bermacam-macam coraknya namun didalamnya akan terdapat pengertian adanya kegiatan pencapaian tujuan yang dilakukan oleh seseorang bernama pemimpin dengan jalan menggunakan orang-orang lain yang bernama pengikut.
1. Menurut Karjadi (1983: 2) pemimpin diartikam:
Hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama. Hubungan itu ditandai dengan tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari pada manusia yang seorang itu; Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pe-mimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang "dipimpin".
2. RMO. Koesmardjo (1979: 2) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah:
“Daya kemampuan untuk mempengaruhi gerak laku jasmaniah dan kerohanian manusia sedemikian rupa sehingga bangkit rasa kesadaran, ketaatan dan disiplin untuk dapat dibawa mencapai tujuan bersama”.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang pemimpin haruslah punya kemampuan melebihi pengikut (anak buahnya) sehingga dia dapat mempengaruhi dan mengarahkan mereka untuk mencapai tujuan.
C. Fungsi Kepemimpinan
Seorang pemimpin mempunyai nilai-nilai lebih dari orang yang dipim-pinnya, dan seorang pemimpin punya tugas pokok untuk menghantarkan, me-ngetahui, mempelopori, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan lain sebagainya. Secara sederhana dapat dikatakan mempengaruhi mereka yang dipimpin sedemikian rupa sehingga mereka mau mengikuti hasil atau mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Yang menjadi fungsi utama kepemimpinan terletak pada jenis per-wakilan kelompok yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus dapat menem-patkan dirinya melalui saluran~saluran yang khusus direncanakan untuk itu.
Agar kepemimpinan dapat berjalan secara efektif dan efisien hendaklah memperhatikan fungsi-fungsi pokok kepemimpinan sebagai berikut :
1. Mengambil inisiatif atau prakarsa.
Inisiatif berarti langkah permulaan atau pertama dari sesuatu kegiatan yang bersifat baru. Pemimpin harus mampu memulai kegiatan baru yang belum pernah dilakukannya dan belum pernah dilakukan oleh kelompok sebe-lumhya. Dia tampil mempelopori kegiatan tersebut, karena ia beranggapan bahwa kegiatan tersebut perlu dimulai sebagai salah satu usaha untuk memecahkan problema-problema yang dihadapi kelompok. Dia tidak puas dengan cara-cara kerja yang bersifat asal jadi sehingga kegiatan tersebut kehilangan makna, tidak berjiwa dan terasa hampa dan layu.
Oleh sebab itu dia selalu mencari sesuatu yang baru, karena pada yang baru dia memperoleh kesegaran. Berusaha menciptakan suatu yang baru disebut berkreasi dan kegiatannya disebut kreatif. Orang kreatif berfikir orisinil tidak tiru-tiruan atau latah. Ada beberapa jalan untuk mengambil inisiatif, diantaranya:
a. Berusahalah mulai dengan hal-hal yang baru
b. Biasakan diri membuat catatan-catatan
c. Merangsang timbulnya ilham
2. Mengambil Keputusan
Inti dari pekerjaan memimpin adalah mengambil keputusan. Meng-ambil keputusan berarti melakukan pilihan atas salah satu alternatif yang dianggap terbaik dalam rangka pemecahan su­atu problema. Dalam kata lain mengambil keputusan adalah proses berfikir logis.
Efektifitas seorang pemimpin diukur dari cara dia mengambil kepu-tusan (tegas atau ragu ragu) dan keputusan itu sendiri (tepat atau ngawur, masuk akal atau mustahil).
Ada 6 langkah cara mengambil keputusan yang baik :
a. Menyatakan persoalan sebagaimana terlihat
b. Mengumpulkan fakta-fakta
c. Menenmukan persoalan
d. Membuat alternatif-alternatif
e. Meneliti alternatif-alternatif
f. Memilih pemecahan masalah yang baik
Disamping itu harus diusahakan setiap keputusan agar:
a. Mudah dipahami oleh yang akan melaksanakan
b. Mantap, tidak mudah berobah-obah
c. Tidak diulur-ulur
d. Tidak bertentangan dengan keputusan yang masih berlaku
3. Berkomunikasi
Komunikasi adalah usaha penyampaian ide-ide, informasi kepada orang lain. Berkomunikasi merupakan tugas pokok seorang pemimpin ka-rena melalui saluran-saluran komunikasilah pimpinannya dialirkan.
Dalam praktek sehari-hari, pekerjaan memimpin itu terwujud dalam bentuk memberikan perintah-perintah, instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, bimbingan, penjelasan dan sebagainya kepada orang orang yang berada didalam kelompok kerjanya yang dilakukan dengan lisan atau tulisan dan sebaliknya dia menerima laporan-laporan atas pelaksanaan perintah-perintah dan petunjuk-petunjuk itu, baik secara lisan atau tulisan. Dengan demikian jelaslah bahwa wujud pekerjaan memimpin itu adalah berkomunikasi.
Ada 2 tujuan komunikasi dalam kelompok kerja:
Pertama : Penyampaian informasi dan pengertian yang penting bagi usaha kelompok, agar kemampuan kerja dapat meningkat.
Kedua : Pembinaan sikap-sikap yang diperlakukan untuk motivasi, kerjasama dan kepuasan kerja, dikalangan kelompok kerja agar kemauan untuk bekerja dan kegairahan kerja menjadi kuat dan bertambah.
Jika kedua tujuan di atas tercapai, maka berarti komunikasi berjalan lancar dan pelaksanaan kerja semakin baik.
4. Memotivstsi
Kegiatan pokok keempat dari seorang pemimpin adalah memotivasi para pengikut atau anak buahnya, agar mereka senantiasa bergairah mela-kukan tugas yang dipikulkan. Pemimpin yang pandai memotivasi anak buahnya pastilah akan berhasil dalam melaksanakan tugasnya, oleh karena dapat menciptakan kelompok kerja yang efektif dan produktif.
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan suatu tingkah laku atau tindak tanduk dalam bahasa Inggris disebut behavior.
Para ahli ilmu jiwa mengatakan bahwasanya semua tingkah laku manusia adalah akibat adanya dorongan yang bernama motivasi itu. Tingkah laku di- sini adalah tingkah laku yang sadar, bukan yang tidak sadar atau yang dilakukan secara reflek. Jadi manusia melakukan sesuatu karena ada maksud atau tujuan yang ingin dicapai oleh manusia untuk memenuhi keinginan-keinginanya yang timbul karena ada kebutuhan-kebutuhan (needs).
Para ahli membagi kebutuhan manusia itu kepada tiga kelompok yaitu: kebutuhan primer (makam, minum, pelepasan kebutuhan biologis dan lain-lain) kebutuhan sekunder (kegiatan bersama, berkomunikasi dengan sesama, pendidikan dan lain-lain), kebu­tuhan integratif (prinsip benar salah, perasaam keyakinan diri dan keberadaan, rekreasi dam hiburan dan lain-lain).

Seorang ahli bernama A.H. Maslow mengemukakan teorinya bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya melakukan urutan prioritas. Jika kebutuhan pertama sudah terpenuhi maka kebutuhan kedua akan menyusul begitu seterusnya. Prioritas pertama diletakkan dalam pemenuhan kebutuhan primer atau kebutuhan dasar.
Bertolak dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manusia bekerja baik secara sendiri-sendiri atau berkelompok adalah didorong oleh kebutuhan seperti disebut di atas. Jadi yang dicari manusia tidak lain dari pemenuhan kebutuhannya. Kewajiban seorang pemimpin yang bijaksana untuk mengaitkan mencapaian tujuan-tujuan individual tersebut dengan tujuan kelompok atau organisasi sehingga timbullah perasaan kait berkait, saling membutuhkan dan mencapai puncaknya pada perasaan integrasi antara kedua macam tujuan tersebut.
Suatu kelompok atau organisasi akan menjadi efektif kalau integrasi tersebut telah tercapai, oleh karena semua anggota kelompok tersebut telah termotivasi secara penuh. Suatu kelompok dikatakan efektif jika di dalam kelompok tersebut terdapat ketentraman kerja, kegembiraan kerja, minim-nya konplik-konplik dan kuatnya perasaan memiliki (sense of belonging-ness), rasa tanggungjawab, semangat inovasi dan bekerja sama.
5. Mengembangkan Anggota
Tanggungjawab terpenting seorang pemimpin adalah pengembangan orang-orang yang berada dibawah pimpinannya, sehingga mereka dapat me-miliki kemampuan-kemampuan yang dituntut dari jabatan mereka masing-masing.
Dengan ditunjuknya seseorang untuk memangku jabatan, tidaklah berarti secara otomatis dia sudah akan mampu memenuhi tuntutan jabatannya. Dia harus dibimbing, diberi petunjuk bahkan harus dilatih sedemikian rupa. Lebih-lebih kalau diingat bahwa tuntutan jabatan itu sendiri ikut pula berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, maka latihan itu menjadi mutlak.
Kalau anggota kita tidak dikembangkan secara terus menerus, ada harapan suatu ketika akan terjadi jurang antara kemampuan mereka dengan tuntutan jabatan yang sifatnya dinamis yang dapat menimbulkan krisis yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan-tujuan kelompok atau organisasi.
Banyak pemimpin-pemimpin yang kurang memberikan perhatian atas masalah perkembangan anggota ini. Pemimpin model ini dalam hatinya timbul kekhawatiran, kalau anggotanya berkembang suatu ketika bisa membahayakan kedudukannya dan mungkin bisa menjadi saingannya. Pada hal semestinya seorang pemimpin haruslah bangga karena dalam kalom-poknya banyak tenaga yang suatu ketika bisa menggantikannya. Kepintaran anggota dapat dipetik dan dimanfaatkannya untuk pencapaian tujuan kelom-pok atau organisasi sehingga efektif dan produktif. Kelompok yang demi-kian ditandai dengan banyaknya kader-kader sebagai pengganti.

Menurut Onong Uchyana (1977: 19), secara umum fungsi-fungsi kepemimpinan adalah bertujuan:
1. Mengembangkan imajinasi
2. Mengembangkan kesetiaan
3. Pemrakarsaan, penggiatan dan pengawasan rencana
4. Pelaksanaan keputusan
5. Pengawasan
6. Penganugerahan tanda penghargaan
Jadi dapat disimpulkan bahwa jika seorang pemimpin telah menja-lankan fungsi-fungsinya, maka akan tercapailah apa yang menjadi tujuan dari kelompok atau organisasi tersebut.
D. Gaya-Gaya Kepemimpinan (Leadership Styles)
Para ahli memformulasikan bahwa ada beberapa cara seseorang pemim-pin dalam menjalankan kepemimpinannya, diantaranya dikemukakan Karjadi (1983:6) yaitu: “(1) Secara otokratis; (2) Secara militeristis; (3) Secara paternalistis; (4) Secara kharismatis; (5) Secara free rein atau Laises faire; (6) Secara demokratis (partisipatif)”.
1. Secara Otokratis
Gaya otokratis dipakai oleh pemimpin-pemimpin yang melihat bahwa tujuan-tujuan kerja hanya bisa tercapai kalau orang-orang dapat melaksanakan tugasnya dengan patuh sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan. Penyimpangan-penyimpangan tidak dapat ditolerir, karena hal itu akan menjauhkan dari pencapaian tujuan. Disiplin formal akan menjadi pegangan dan kebijaksanaan kurang sekali.
Pimpinan gaya otokratis sangat keras sekali memegang peraturan dan kurang menghargai harkat insani dari anggota kelompoknya. Oleh karena itu ia memandang bahwa orang-orang diterima dalam suatu pekerjaan yang untuk itu dia bayar adalah untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga kerja, bukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing secara pribadi. Siapa-siapa yang tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut sewaktu-waktu dapat dikeluarkan dari kelompok. Suasana kerja dibawah gaya pemimpin otokratis ini pada umumnya terasa kaku dan tegang, orang-orang banyak merasa tertekan, dan kadang-kadang tidak luput dari ketakutan.
2. Secara Demokratis /Partisipatif.
Gaya ini dipakai oleh pemimpin-pemimpin yang berpendapat bahwa orang-orang bekerja pada pokoknya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Dia mempunyai kebutuhan baik bersifat primer maupun sekunder. Untuk me­menuhi kebutuhan tersebut, mereka mencari alat atau sarana untuk mencapainya. Alat atau sarana utama adalah uang. Untuk mendapatkan uang tersebut orang mau bekerja untuk orang lain, yang berbentuk upah atau gaji dan orang akan bekerja dengan baik, artinya seseorang bekerja dengan segenap jiwa raganya. Manakala orang merasa betah bekerja dengan kelompok kerja, karena merasa bahwa dengan dia bekerja tersebut tidak hanya tujuan kelompok kerjanya saja yang tercapai, tapi juga tujuan-tujuan individualnya.
Berdasarkan pandangan itu, pemimpin demokratis atau partisipatif menjunjung tinggi nilai-nilai insani (human values) dengan jalan sedapat-dapatnya berusaha mempartisipasikan anak buahnya atau anggota kelompoknya dalam rangka pencapaian tujuan-tujuannya. Kekuasaam anak buah atau anggota kelompok selalu mendapat perhatiannya.
3. Secara Paternalistis
Gaya pemimpin paternalistis adalah seorang pe­mimpin yang bersifat kebapakan. la menganggap bawahannya sebagai anak atau orang yang belum dewasa dan butuh perhatian dan perlindungan. Oleh sebab itu pemimpin yang seperti ini tidak percaya terhadap kemampuan bawahannya, sehingga anak buahnya tidak perlu berinisiatif dan kreatif. Walaupun bawahan-bawahan itu melakukan kesalahan-kesalahan ia tidak pernah marah bahkan tetap bersikap ramah dan baik.
4. Secara Kharismatik
Kepemimpinan yang kharismatik adalah kepemimpinan yang dida-sarkan kepada kepercayaan kelompok kepadanya. Gaya kepemimpinan yang kha­rismatik mempunyai kelebihan-kelebihan pada dirinya dan kadang-kadang pengikutnya terlalu subyektif menilainya. Kepatuhan dan kesediaan kelompok kepada leader sangat menonjol, seperti pimpinan-pimpinan agama, pemimpin adat dan lain-lain .

5. Secara Free Rein
Gaya ini dipakai oleh pemimpin yang berpendapat bahwa fungsinya sebagai pemimpin pada hakekatnya adalah untuk kepentingan orang- orang yang merupakan anak buah atau anggota kelompoknya. Apa yang menjadi kemauan anggota sedapat mungkin dipenuhi. Sang pemimpin hanyalah sekedar juru bicara "penyambung lidah" dari anak buahnya atau anggota kelompoknya. Pemimpin Free Rein sangat menghargai inisiatif (prakarsa) dari anak buahnya. Inisiatif dari kalangan kelompoknya sangat menentukan tercapainya tujuan kelompok. Maka pimpinan Free Rein minimal sekali memberikan perintah dia merasa cukup memberikan garis-garis besarnya saja. Disiplin kelihatan lemah sekali, tidak mengherankan karena disiplin membatasi kebebasan.
6. Secara Militeristis
Seorang pemimpin yang bersifat militeristis yakni pemimpin yang memiliki sifat-sifat antara lain pendapat Karjadi (1983: 9 )
1. Untuk menggerakkan bawahannya ia menggunakan sistem perintah/komando yang biasa digunakan dalam kemiliteran.
2. Gerak geriknya senantiasa tergantung kepada pangkat dan jabatannya.
3. Senang akan formalitas yang berlebih-lebihan.
4. Menuntut disiplin keras dan kaku dari bawahannya.
5. Senang akan upacara untuk berbagai-bagai keadaan.
6. Tidak menerima kritik dari bawahannya.
7. Dan lain sebagainya.
Kepemimpinan dalam gaya militeristis ini bersifat komando dari atasan kepada bawahannya.

E. Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki oleh Pemimpin
Seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang semestinya dimiliki oleh pemimpin. Sifat tersebut tentulah sifat yang dapat dikategorikan kepada sifat yang baik yang dapat mendorong dan mendukung pekerjaan sebagai pemimpin.
Sesungguhnya tidak akan kita dapatkan orang yang memiliki sifat yang secara keseluruhannya dimiliki secara ideal oleh pemimpin. Namun jika kita menjadi pemimpin tentulah harus memiliki beberapa sifat yang mendekati pemimpin ideal. Sifat tersebut menurut Sutarto (1991: 57) dapat disimpulkan sebagai berikut: “(1) takwa, (2) sehat, (3) cakap, (4) jujur, (5) tegas, (6) setia, (7) cerdik, (8) berani, (9) berilmu, (10) efisien, (11) disiplin, (12) manusiawi, (13) bijaksana, (14) bersemangat, (15) percaya diri, (16) berjiwa matang, (17) bertindak adil, (18) berkemauan keras, (19) berdaya cipta asli, (20) berwawasan situasi, (21) berpengharapan baik, dan (22) mampu berkomunikasi.





II. MANAGEMENT
A. Pendahuluan
Disadari bahwa management merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh seseorang, apakah ia seorang organisator atau pimpinan suatu organisasi, pimpinan perusahaan, pimpinan lembaga kemahasiswaan dan lain-lain, untuk menggerakan orang guna melakukan suatu pekerjaan, atau dengan kata lain menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.
Ilmu ini sangat diperlukan sekali bagi seorang pimpinan karena tanpa keahlian atau tanpa seni, seorang pemimpin tidak akan dapat mencapai tujuan organisasi atau tujuan kelompok dengan baik.
B. Pengertian
Banyak definisi-definisi tentang management ini, namun beberapa ahli mengemukakan pendapatnya sebagai berikut :
1. Vernon A.Musselman dan John H.Jackson (1984: 98) mengatakan bahwa management adalah: “Kegiatan-kegiatan perencanaan (planning) pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing) dan pengendalian (controlling) dari sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2. Menurut Prof. Oei Liang Lee (1981: 88), management adalah :
“Ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, meng-koordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Dari kedua definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa management adalah semacam seni (art) untuk memimpin yang bersumber dari ilmu pengetahuan dan pembawaan. Sebagai ilmu management dapat dipelajari sedangkan sebagai seni adalah merupakan pembawaan (bibit yang dianugrahkan oleh yang Maha Pencipta)
C. Fungsi-fungsi Management
Dari definisi-definisi management di atas, maka terdapat unsur-unsur atau disebut juga dengan fungsi-fungsi management seperti yang dikemu-kakan oleh Basu Swastha DH. (1981: 88) sebagai berikut:
(1) Planning - perencanaan
2. Organizing - pengorganisasian
3. Staffing (directing) - pengarahan
4. Coordinating - pengkoordinasian
5. Controlling - pengontrolan
1. Planning (perencanaan)
Palanning atau perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa saja yang akan dikerjakan/dilaksanakan. Vernon A.Musselman dan John H. Jack­son (1984:110) mendefinisikan perencanaan sebagai berikut: "memutuskan apa yang akan dikerjakan, menetapkan tujuan-tujuan, menentukan strategi dan memilih alternatif arah tindakan. Secara terperinci Basu Swastha DH. mengatakan perencanaan menggambarkan tentang: "Apa, bagaimana, mengapa dan kapan akan dilakukan"
Keempat pertanyaan tersebut harus jelas penjabarannya dalam planning, sehingga planning tersebut berjalan secara efektif dan efisien. Perencanaan juga dapat diartikan sebagai “proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang” (Sudjana, 1992:41). Disebut sistematis karena perencanaan itu dilaksanakan dengan menggunakan prinsip-prinsip tertentu dalam proses pengambilan keputusan, penggunaan pengetahuan dan teknik secara ilmiah serta tindakan yang terorganisasi. Sesuai dengan definisi tersebut maka dalam perencanaan haruslah mengandung unsur-unsur umum yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Tindakan apa yang harus dikerjakan (the what)
- Apakah sebabnya tindakan itu harus dijalankan (the why)
- Dimanakah tindakan itu harus dilakukan (the where)
- Kapankah tidakan itu dilaksanakan (the when)
- Siapakah yang akan mengerjakan (the who)
- Bagaimana cara melaksanakannya (the how)
Kendatipun perencanaan dapat dibuat oleh seseorang tapi dalam prakteknya yang baik adalah dengan cara "joint participation" yaitu perencana berembuk dengan orang lain untuk meminta nasehatnya, mencari fakta-fakta dan mendengarkan pendapat-pendapat orang tersebut, atau masukan dari bawahan (bottom up) konsultasi dengan orang lain atau anggota kelompok lebih memungkinkan untuk memperbaiki rencana, mudah diterima oleh pihak yang akan ditugaskan menjalankannya.
2. Organizing (Pengorganisasian)
Dalam menjelaskan fungsi organisasi ini dapat dikemukakan seperti: Pengertian pengorganisasian, pentingnya organisasi, macam-macam organisasi dan lain-lain. Pengertian pengorganisasian menurut Siagian (dalam Sudjana, 1992: 78)) adalah “keseluruhan proses penge-lompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggungjawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan”. Pengertian ini mengandung makna bahwa pengorgasasian meliputi proses pembentukan organisasi secara keseluruhan dan pengorganisasian bagian-bagian.
Pentingnya pengorganisasian dalam suatu organisasi dapat digambarkan sebagai berikut:
- Organisasi tanpa tujuan tidak ada artinya dan hanya merupakan penghamburan uang saja
- Organisasi didirikan untuk mencapai hasil-hasil tertentu
- Dasar-dasar dari organisasi terletak pada maksud dan tujuan yang telah ditetapkan. Maksud dan tujuan organisasi harus ditinjau oleh kekuasaan yang lebih tinggi.
- Tujuan organisasi dimengerti dan diterima oleh para bawahan dan dicamkan sedalam-dalamnya di dalam jiwa mereka.
3. Staffing (Pengarahan)
Dimaklumi bahwa dalam suatu organisasi pimpinanlah yang bertanggungjawab akan pelaksanaan tugas-tugas organisasi, tapi tidak berarti ia harus mengambil alih semua tugas tersebut. Dalam pelaksanaan tugas pimpinan dapat menunjuk staf (orang lain) untuk mengerakannya dengan pemberian wewenang dan pembahagian tanggung jawab. Pada waktu-waktu tertentu pimpinan juga boleh membentuk panitia yang berfungsi sebagai staf atau sejumlah orang yang diangkat dan dipilih guna mempertimbangkan persoalan yang diajukan kepadanya (pimpin-an).
Sesuai dengan pengertian staf yaitu orang yang diangkat/ditunjuk sesuai dengan keahliannya untuk melaksanakan suatu tugas yang di-bebankan kepadanya. Maka berdasarkan hal tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa tugas staf adalah: memberikan layanan dan nasehat kepada manager/pimpinan sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
Karena staf berfungsi memberikan layanan dan nasehat kepada pimpinan, maka ia harus memiliki kwalifikasi-kwalifikasi tertentu. Beishline.Ph.D (1957: 232) menjelaskan 6 pokok kwalifikasi seorang staf sebagai berikut:
1. Memiliki pengetahuan yang luas tentang orgasisasi
2. Mempunyai sifat-sifat kepribadian seperti kesetiaan, tenaga yang besar, kesehatan, inisiatif, pertimbangan yang baik dan pandai bergaul
3. Mempunyai semangat kerja sama dan ramah tamah
4. Kestabilan emosi dan tingkah laku yang sopan
5. Kesederhanaan
6. Kemauan baik dan optimistis
4. Coordinating (Pengkoordinasian)
Karena didalam operasional pencapaian tujuan suatu organisasi terdapat banyak fungsi-fungsi yang dijalankan, baik oleh pimpinan maupun oleh staf. Maka koordinasi dimaksudkan agar fungsi-fungsi yang mempunyai hubungan satu sama lain ditempatkan pada bahagian-bahagian yang sama, sehingga aktifitas-aktifitas berjalan dengan suatu koordinasi yang baik.
5. Controlling (Pengontrolan)
Controlling atau pengawasan adalah merupakan fungsi terakhir dari pada pemimpin setelah fungsi-fungsi lainnya. Fungsi dari pada controlling ini sebenarnya adalah fungsi pimpinan yang berhubungan dengan usaha penyelamatan jalannya organisasi ke arah pulau cita-cita yaitu tujuan yang hendak dicapai.
Adapun prinsip-prinsip pokok d pengawasan adalah :
- Adanya rencana tertentu
- Adanya pemberian instruksi-instruksi serta wewenang kepada bawahan (anggota kelompok)
Ada beberapa cara dalam melakukan penga­wasan yaitu dengan jalan :
- Peninjauan pribadi
- Wawancara atau laporan lisan
- Laporan tertulis
- Laporan pengawasan
- Monitoring
Akhirnya proses pengawasan akan melalui tiga fase yaitu menetapkan alat ukur, menilai dan mengadakan tindakan perbaikan.
Demikianlah fungsi-fungsi mangement yang harus menjadi ilmu atau diilmui oleh seorang pemimpin organisasi guna mencapai tujuan secara efektlf dan efisien.


DAFTAR BACAAN


A. Musselman Vernon dan H. Jackson, 1984. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Edisi Kesembilan Jilid I,Erlangga .
Boishline, PHD, 1957. Perencanaan Organisasi Komando dan Kontrol Dalam Pertahanan Nasional. Jakarta: Indira..
M. Karjadi, 1983. Kepemimpinan (Leadership). Bandung: PT Karya Nusantara Cabang Bandung.
RMO Koesmardjo, 1979. Ketahanan Dan Daya Juang, DDII.
Sudjana, H.D. 1992. Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Nusantara Press.
Sutarto. 1991. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Swastha DH, Basa, DKK. 1981. Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern. Edisi Kedua. Yogyakarta: Liberty.
Uchyana, Onong. 1977. Kepemimpinan dan Komunikasi. Bandung: Alumni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar